Relasi Terhadap Kaum Marjinal
Pada kenyataannya, sebagian orang ada yang memandang kaum marjinal dengan sebelah mata. Biasanya hal ini diketahui dengan cara orang tersebut yang bersikap abai, tidak memperdulikan eksistensi maupun posisi kehidupan para kaum marjinal. Padahal tidak semua kaum marjinal memiliki identik negatif.
(Tulisan ini tidak bermaksud untuk merendahkan martabat sesama manusia yaitu para kaum marjinal yang dimana penulis jelaskan. Tetapi tulisan ini hanya untuk menceritakan sisi kehidupan orang-orang yang dianggap masih pra-sejahtera. Disamping itu, tulisan ini juga untuk membagikan energi positif. Mengenai menyisihkan waktu sejenak untuk menebar kebaikan kepada orang-orang yang hidupnya di bawah garis kesusahan).
Stigma masyarakat beredar dikalangan luas, mengenai prihal keburukan pola hidup para kaum marjinal. Sehingga banyak orang yang membangun sebuah diskriminasi untuk jiwa yang tersisihkan, terabaikan dan terbuang (kaum marjinal). Padahal, realita yang ada, para kaum marjinal juga ingin memiliki hak bersosialisasi yang sama. Dengan arti, dapat beradaptasi kepada orang-orang yang ditemuinya. Namun, para kaum marjinal mengalami kesulitan, oleh karena banyak orang yang menjaga jarak dengan mereka.
Mungkin beranggapan, jika memiliki relasi yang dekat terhadap kaum marjinal akan menjadi rugi (takut diminta uang, dimanfaatkan, dll). Seharusnya tidak perlu cara berpikir seperti ini. Karena mengenai itu, bisa diberikan pemahaman atau pandangan yang membuat kaum marjinal mengerti akan kehadiran orang tersebut. Sebab tidak ada rugi jika bergaul dengan kaum marjinal yang nantinya mereka dapat berubah kehidupannya, dari segi pola pikir, ekonomi dan karakter, melainkan ini dianggap keberhasilan di dalam berrelasi. Menjadi berhasil untuk diri sendiri itu biasa, tetapi menjadikan orang lain berhasil itu yang luar biasa. Karena makna kata "berhasil" yang sesungguhnya adalah berhasil membuat orang lain berhasil, dan rasa bahagia menjadikan orang lain telah bahagia.
Membangun relasi terhadap kaum marjinal tidak diukur dari seberapa uang, bingkisan atau pakaian yang anda berikan kepada mereka. Karena relasi tidak selalu berkaitan dengan materi saja. Melain kata-kata yang dapat membangun diberikan kepada kaum marjinal agar harapannya kepribadian mereka mengalami perubahan.
Masih banyak kalangan masyarakat yang berpendapat, bahwa untuk membina dan mengarahkan para kaum marjinal untuk hidup produktif adalah tugas pemerintah, khususnya bagian departemen sosial. Pendapat seperti inilah yang membuat akhirnya tidak ingin sedikitpun membangun relasi terhadap kaum marjinal dan jiwa kemanusiaannya bisa saja berkurang pada dalam dirinya. Merasa tutup mata dan tutup telinga dengan keberadaan kehidupan para kaum marjinal yang berada disekitarnya.
Padahal, dapat menjadi suatu kebahagiaan bagi kaum marjinal, jika ada orang-orang yang berbeda status sosial memiliki relasi dengan mereka. Betapa indahnya mereka rasakan apabila saling bermasyarakat bersama tanpa ada sikap saling merendahkan atau meremehkan. Perbedaan seharusnya dapat saling mengisi dan melengkapi diantara satu dengan yang lain untuk menciptakan suasana bermasyarakat yang harmonis.
Bersosiali tanpa diskriminasi adalah merupakan bagian dari Pancila. Dan apapun bentuk sikap yang mengarah kepada pembedaan yang hanya ego pribadi atau kelompok, maupun suku, agama, ras, sosial dan yang berhubungan kemanusiaan, sehingga pasang tembok pembatas, itu tidak baik adanya.
Kaum marjinal juga manusia yang memiliki perasaan yang sama dengan orang lain pada umumnya. Ingin disapa, disalam, dan diberikan senyuman. Hanya saja, mereka terpinggirkan oleh karena keadaan status sosial, dan keterbatasan yang mereka miliki. Sehingga lambat laun mereka terpinggirkan oleh kenyataan yang ada. Dan menjadi krisis sapa, krisis salam dan krisis senyum terhadap mereka. Karena masih banyak orang yang enggan membangun relasi dengan para kaum marjinal.
(Tulisan ini tidak bermaksud untuk merendahkan martabat sesama manusia yaitu para kaum marjinal yang dimana penulis jelaskan. Tetapi tulisan ini hanya untuk menceritakan sisi kehidupan orang-orang yang dianggap masih pra-sejahtera. Disamping itu, tulisan ini juga untuk membagikan energi positif. Mengenai menyisihkan waktu sejenak untuk menebar kebaikan kepada orang-orang yang hidupnya di bawah garis kesusahan).
Apabila ada saran atau kritik dari pembaca, silahkan tulis di kolom komentar. Tentunya penulis dengan senang hati menerima untuk mengalami perubahan kebaikan. Sehingga dapat diaplikasikan ke dalam kegiatan berikutnya untuk melayani para kaum marjinal di Jakarta Pusat.
Salam manis yang tidak pernah akan habis dari penulis. Peace For You.
Komentar
Posting Komentar