TEMPAT BELAJAR GRATIS DI PINGGIR REL KERETA API AKTIF
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dirasakan bagi setiap insan. Melalui pendidikan yang ada dapat memperbaiki status sosial, moral, dan generasi untuk berkemajuan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan tidak dapat dipandang sebelah mata atau disepelekan. Artinya, pendidikan haruslah tetap eksis dan dapat diperoleh secara merata bagi semua generasi millenial.
Namun untuk realita yang ada, masih banyak terlihat orang-orang yang belum bisa menikmati pendidikan. Hal ini dapat terlihat bagi para kelompok kaum marjinal yang berada tinggal di tenda-tenda pinggir rel kereta api aktif daerah Senen (Jakarta Pusat). Diantara kelompok kaum marjinal tersebut banyak anak-anak yang mengalami putus sekolah. Penyebabnya karena faktor ekonomi yang lemah. Dari sekian banyak orang yang tinggal di pemukiman pinggir rel kereta tersebut, pendidikan hanya sampai di tingkat Sekolah Dasar saja. Bahkan ada yang tidak pernah merasakan sekolah sama sekali. Sehingga mengakibatkan buta huruf (tak dapat menulis dan membaca). Tentu ini menjadi keadaan yang sangat memprihatikan akan masa depan para generasi millenial yang berada di pinggir rel kereta api aktif tersebut. Akibatnya, mereka secara turun temurun mengalami status sosial yang terpinggirkan dan rendahnya nilai moral bagi para sang anak.
Memang nyata pemerintah sudah memberi bantuan berupa biaya sekolah gratis untuk sekolah negeri. Selain itu juga siswa mendapatkan bantuan dana Kartu Jakarta Pintar (KJP). Tentu hal ini sangat membantu meringankan kebutuhan ekonomi bagi para masyarakat setempat. Namun, para kelompok kaum marjinal yang tinggal di tenda-tenda pinggir rel kereta api aktif daerah Senen (Jakarta Pusat) tetap mengalami kesulitan untuk sekolahkan anak-anaknya. Karena kebutuhan kehidupan sehari-hari begitu sulit untuk dilaluinya bersama keluarga. Seperti kebutuhan untuk masak, biaya jajan anak, kebutuhan anak sekolah (seragam, sepatu, buku, tas) dll. Mayoritas dari para kelompok kaum marjinal yang ada di pemukiman tersebut berkerja pemulung, ngamen, badut atau ondel-ondel. Pendapatan dari hasil yang mereka kerjakan itu hanya cukup untuk kebutuhan sekeluarga dalam hari itu saja. Oleh sebab itu, ketidakmampuan para orang tua membuat anak-anak dari mereka tidak sekolah.
Disini penulis berusaha mencari solusi untuk membantu para anak-anak kelompok kaum marjinal yang tinggal di tenda-tenda pinggir rel kereta api aktif daerah Senen. Solusi yang telah terealisasikan adalah berupa membuat kegiatan belajar mengajar secara gratis terhadap anak-anak tersebut. Sebuah wadah kecil yang terletak disekitar pinggir rel kereta digunakan sebagai tempat belajar gratis. Adapun mata pelajaran yang diterapkan adalah pengenalan huruf, membaca dan menulis, matematika, dan bahasa Indonesia. Dari kegiatan ini, penulis menerima anak-anak didik yang berumur empat sampai empat belas tahun.
Komentar
Posting Komentar